Sabtu, 27 April 2013

Antara Ayah, Anak dan Burung Gagak

Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.
Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya,
“Nak, apakah benda itu?”
“Burung gagak”, jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit kuat,
“Itu burung gagak, Ayah!”
Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.
Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah,
“Itu gagak, Ayah.”
Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.
“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan???? Itu burung gagak, burung gagak, Ayah…..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama.
“Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,” pinta si Ayah.
Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.
“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, “Ayah, apa itu?” Dan aku menjawab, “Burung gagak.” Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. “Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”
Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,
“Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah.”
Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.

PESAN:
Jagalah hati dan perasaan kedua orang tuamu, hormatilah mereka.
Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangimu di waktu kecil.
Kita sudah banyak mempelajari tuntunan Islam apalagi berkenaan dengan berbakti kepada kedua orangtua. 
Tapi berapa banyak yang sudah dimengerti oleh kita apalagi diamalkan???Ingat! Banyak ilmu bukanlah kunci masuk syurganya Allah.

Author : PercikanIman.org
Shared : Kisah Penuh Hikmah
Baca SelengkapnyaAntara Ayah, Anak dan Burung Gagak

Rabu, 17 April 2013

Jangan Main Judi !! Sob :)


Begitu banyak ragam permainan judi era sekarang ini, mulai dari permaian judi yang klasik sampai modern yang dapat menggoyahkan manusia-manusia yang lemah imannya untuk melakukan perbuatan haram tersebut. Seperti game perjudian online yang lagi marak-maraknya di kalangan teman-teman sebaya saya saat ini seperti Sbobet, M88, Zynga Poker, dsb. Apapun itu nama dan bentuk permainan judi yang namanya judi ya tetap judi dan semuanya itu haram atau dilarang untuk melakukannya.

Judi memang sudah tidak asing lagi ditelinga kita, karena orang awam dan anak kecil sekalipun sekiranya sudah diajarkan oleh orang tua mereka tentang apa itu judi dan larangan untuk mengerjakannya. Namun, yang jadi permasalahannya adalah orang-orang kadang mengabaikan kebenaran yang ada memandang enteng tentang larangan berjudi, bahaya dan dampak buruknya terhadap kehidupan manusia. Padahal agama manapun saya rasa tidak ada yang memperbolehkan kegiatan haram ini dilakukan karena pada kenyataannya lebih banyak mudharat (kerugian) yang didapatkan setelah bermain judi daripada keuntungannya sehingga perbuatan atau kegiatan judi tersebut digolongkan kepada perbuatan yang haram atau dilarang oleh agama. 

Dalam pandangan Islam, Allah SWT secara terang-terangan melarang yang namanya perjudian yang tercantum dalam Al-Qur'an Surah Al-Maidah Ayat 90 yang artinya :
"Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan."


Kemudian dalam Agama Nasrani juga melarang yang namanya perjudian, yang mana dijelaskan dalam Alkitab : yang pertama Alkitab memperingatkan umatnya untuk menjauhkan diri dari cinta uang (Timotius 6:10; Ibrani 13:5) dan yang kedua Alkitab juga menasehati umatnya untuk menjauhkan diri dari usaha mendapat kekayaan dengan cepat (Amsal 13:11; 23:5; Pengkhotbah 5:10). Walaupun Alkitab tidak secara khusus mencela dan melarang perjudian, namun sudah jelas sekali bahwa judi berfokus pada cinta uang dan menggoda orang dengan janji untuk mendapatkan kekayaan secara cepat dan mudah. Dengan demikian judi juga merupakan suatu perbuatan yang harus dijauhi dan dilarang dalam agama Nasrani. (sumber : http://www.gotquestions.org/Indonesia/dosa-judi.html)

Diantaranya kerugian yang didapatkan setelah bermain judi yaitu adanya perasaan gelisah, ketidakpuasan dan kecanduan yang tiada berujung sehingga apabila sudah menang beberapa kali tetap tidak akan merasa puas sehingga kegiatan judi itu akan terus berlanjut, jadi ada kemungkinan untuk kalah sampai uang modal judinya benar-benar habis bahkan bisa menjadi devisit (hutang). Sedangkan keuntungannya hanya dirasakan sesaat dikala ia menang judi, namun tetap saja kemenangan itu tidak akan selalu berpihak kepadanya, jadi ya asasnya untung-untungan dan tidak pasti (tidak selalu menghasilkan uang secara kontinyu dari kegiatan judi tersebut).

Kemudian, bagaimana jika ada pertanyaan mengenai uang haram (hasil judi) yang dibayarkan untuk melunasi hutang kepada orang lain, apakah orang yang menerima uang dari hasil judi tersebut menerimanya sebagai uang haram juga?
Jawabannya tidak, uang tersebut tetap halal dipakai oleh sipenerima hutang karena sipenerima hutang tidak terkait dengan kegiatan perjudian tersebut | hubungannya dengan si penjudi tersebut adalah hubungan 'hutang-piutang' dimana si penghutang wajib membayar/melunasi hutang (uang) yang dia pinjam sebelumnya tidak peduli darimana uang tersebut ia dapatkan yang pasti kewajibannya ialah melunasi hutangnya tersebut, karena yang namanya hutang tetaplah hutang. Seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Al-An'am, ayat 164 yang artinya :

“Dan tiadalah (kejahatan) yang diusahakan oleh sesuatu jiwa (seorang) melainkan dialah yang menanggung dosanya; dan seseorang yang boleh memikul tidak akan memikul dosa orang lain”.

Adapun menurut tafsiran saya, maksud dan kandungan dari potongan ayat tersebut ialah seseorang hanya akan memikul dosa dan kesalahan yang telah ia perbuat sendiri dan dia tidak akan pernah memikul dan bertanggung jawab atas dosa dan kesalahan orang lain meskipun ia sanggup memikulnya.

Nah, kalo masih bingung dengan penjelasan saya mengenai hukum mengambil pemberian dari yang haram tadi untuk lebih jelasnya saudara dapat membacanya disini : http://drmaza.com/himpunan_fatwa/?p=68

Oke sob, sekian dulu ya coretan dari si uda nya :D. Semoga bermanfaat bagi sob-sob yang membaca blog sederhana saya ini. Ingat sob, "orang yang baik bukanlah orang yang tidak pernah berbuat kesalahan, tetapi ialah orang yang pernah berbuat kesalahan namun berusaha untuk memperbaikinya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi kedepannya." 
Baca SelengkapnyaJangan Main Judi !! Sob :)

Sabtu, 13 April 2013

Cintaku Sakit

Dan kini aku hanya menafikannya
Karena cintaku benar-benar sakit
Buta, bisu, lumpuh tak berdaya
Ingin sekali aku membunuhnya
Mati tak berbekas

Itu apa? kekuatan apa?
Dia mengiba melihat belati ditanganku
Jiwaku terberai

Aku tak kuasa menatapnya
Aku tak sanggup mendekatinya
Hatiku perih

Cemburu itu masalahku
Dan aku hina saat ia tak dilirik
Tak ubahnya keledai dungu

Terkadang aku gila
Karena cintaku teramat gila

Dan kau
Tak perlu hargai suka ku
Karena memang tak pantas dihargai

Jangan baik kepadaku
Jangan kasihani cinta sakit ku

Jauh! 
Menjauhlah saja
Ini hanya cobaan dari Tuhanku
Jangan jadi iblis penggodaku.

Baca SelengkapnyaCintaku Sakit

Kamis, 11 April 2013

Perspektif Hidup


Hidup itu indah" sebagian orang beranggapan begitu, namun sebagian lagi mengatakan "hidup itu kejam", ada lagi yang bilang "hidup itu pilihan" dimana kita bisa memilih dari berbagai cara, langkah atau metode dalam menjalani kehidupan agar tercapai apa yang diinginkan, serta ada juga yang bilang "hidup itu perjuangan". Semua persepsi tersebut adalah benar, tidak ada yang dapat dipersalahkan karena setiap manusia memiliki cara pandang yang berbeda-beda mengenai hidup mereka masing-masing. 

Persepsi seseorang bisa dipengaruhi oleh faktor internal (yang berasal dari dalam diri mereka sendiri) seperti watak dan kepribadian seseorang dan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal (pengaruh lingkungan sekitar) seperti adat/tradisi, kebiasaan, norma-norma dan aturan, orang-orang terdekat, pergaulan, pendidikan, pengalaman, dsb.

Hidup sebenarnya bisa diatur dan dikendalikan oleh diri kita sendiri. Tergantung bagaimana perspektif kita dalam memandang dan memahami kehidupan. Bagaimana kita hidup, cara kita hidup dan menilai, semuanya dapat kita atur sesuai dengan perspektif yang kita pakai mengenai hidup. 

Misalnya, perspektif saya mengenai hidup adalah "hidup itu indah" maka semua yang saya lakukan dan yang saya alami dalam hidup saya merupakan sesuatu yang indah. Bahkan cobaan, halangan atau rintangan sekalipun akan terasa manis dan indah selama saya dapat menerima semuanya dengan ikhlas dan lapang dada, senantiasa berpikiran positif (positive thinking) serta selalu bersyukur pada Yang Tuhan Maha Kuasa atas karunia yang telah diberikan.

Begitu juga dengan Perspektif "hidup itu kejam" maka semua yang dialami dalam hidup seseorang yang memiliki pandangan hidup seperti ini akan terasa berat dan sulit, penuh iri dan dendam, selalu dihantui oleh ketakutan dan yang pastinya hidup seperti ini akan sulit sekali merasakan yang namanya kebahagiaan, ketenangan dan nikmatnya hidup.

Orang yang menganggap "hidup itu pilihan" adalah orang-orang yang mengetahui dan mampu membaca beberapa pilihan dan peluang dalam menajalani hidup yang dapat dia tempuh yang tentunya masing-masing pilihan hidup tersebut memiliki keuntungan dan resikonya masing-masing. Sehingga orang-orang yang berperspektif "hidup itu pilihan" biasanya mampu me-manage hidupnya dengan lebih baik. Karena semua pilihan hidup yang dia pilih sudah dipikirkan secara matang sehingga dia siap menerima resiko serta mampu mempertanggungjawabkan atas apa yang telah ia pilih.

Sedangkan perspektif "hidup itu perjuangan" biasanya dianut oleh orang-orang yang memiliki semangat juang yang tinggi. Sehingga mereka akan senantiasa berusaha dengan mengerahkan seluruh daya dan upaya yang dimiliki untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang-orang seperti ini biasanya di identikkan dengan motto hidup "maju terus, pantang mundur" artinya apabila mereka mengalami kegagalan sekalipun, mereka tidak akan pernah putus asa dan mencobanya kembali terus dan terus sampai keinginan mereka berhasil dicapai.

Jadi, tinggal anda sendiri yang menentukan Perspektif Hidup mana yang baik? :)
Baca SelengkapnyaPerspektif Hidup

Rabu, 10 April 2013

Menunda Kesenangan Demi Keberhasilan

"Ubah hidup Anda hari ini. Jangan bertaruh pada masa depan, lakukan sekarang, jangan tunda lagi" - Simone de Beauvoir. 

Seseorang akan sulit berhasil jika ia suka menunda-nunda pekerjaan. Tapi saya yakin Anda bukanlah orang yang demikian. Laksamana Laut Amerika, Willian Halsey mengatakan, "Segala masalah akan menjadi lebih kecil jika Anda tidak menghindarinya, tetapi menghadapinya."

Penundaan merupakan pupuk yang menghambat pertumbuhan. Jika Anda terlalu lama membuat keputusan untuk sebuah peluang yang tiba-tiba datang, peluang itu akan hilang. Lihatlah hasil akhir dari sebuah pekerjaan, agar Anda terpacu untuk tidak menundanya.

Jangan habiskan waktu Anda mengerjakan tugas-tugas yang tidak penting atau tidak perlu. Jika tidak penting, jangan sekedar menundanya, hapuskan saja tugas itu.

John C. Maxwell menyarankan Anda untuk memilah lagi pekerjaan yang perlu diprioritaskan.
Telaahlah apakah tugas tersebut memberi manfaat?
Apakah hal itu akan membuka jalan untuk sesuatu hal lain yang lebih baik? 
Apakah hal itu bisa memberikan Anda pengembangan atau pencapaian yang lebih besar? 
Atau apakah penyelesaian tugas itu bisa melegakan Anda secara emosional?

Jika Anda mendapatkan semua alasan positifnya, Anda telah berada di jalur yang benar. Mulailah bergerak maju dan bertindaklah secara cepat dan efektif.

:: Anne Ahira ::
Baca SelengkapnyaMenunda Kesenangan Demi Keberhasilan